Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah
adalah lokasi penting dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan
dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global. Seiring dengan
derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun menjadi
semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi
terbaik.
Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki
beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya
adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum
merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang.
Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah
berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses
ilmu yang lebih baik di perkotaan.
Menurut pegiat pendidikan
Indonesia, Anies Baswedan keterbatasan akses pendidikan di daerah
menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. "Yang menjadi persoalan, di
Jabodetabek jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara
urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah dan itu yang
menyebabkan migrasi ke Jakarta," ujar Anies. Secara tidak langsung,
masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena
keterbatasan fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan harus
dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan
fasilitas yang mendukung program tersebut. "Kalau sekolah hanya di
ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah,"
tandasnya.
Selain itu, jumlah guru yang sesuai dengan kualifikasi
saat ini dinilai masih belum merata di daerah. Menurut Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid Muhammad saat ini
banyak sekolah dasar (SD) di Indonesia kekurangan tenaga guru. Jumlahnya
diperkirakan mencapai 112 ribu guru.
Untuk mengatasinya,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama
dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,
dalam hal distribusi guru di daerah-daerah supaya lebih merata. "Jika
manajemen guru bisa ditangani lebih optimal, tidak parsial, maka bisa
dipindahkan ke kabupaten atau daerah yang berdekatan," ungkap Hamid.
Kemudian,
untuk meningkatkan kualitas para guru, Kemendikbud akan meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Hamid
menjelaskan, jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850
ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah
memenuhi kualifikasi dengan gelar S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum
memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya, Kemendikbud juga menyiapkan
beasiswa untuk 100 ribu calon guru guna menempuh pendidikan S-1 melalui
bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP. Di dunia internasional,
kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara
di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All
Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan
Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia berada pada
peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.
Di sisi lain, kasus
putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi
"Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8
juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor ekonomi; anak – anak terpaksa
bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini,”
menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono
Suwignjo, M. Eng, Sc di Jakarta. Dalam laporan terbaru Program
Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185
negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Dengan
angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu
Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan
Asia Pasifik adalah 0,683.
"Kita harus menyelesaikan permasalahan
pendidikan ini, karena kepemilikan atas pengetahuan adalah kunci
seseorang mencapai kesejahteraan," menurut figur pendidikan Indonesia,
Anies Baswedan. Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pemerintah
telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan guna menghadapi persaingan bebas dunia yang akan segera
berlaku dengan terwujudnya komunitas ASEAN pada tahun 2015 mendatang.
Untuk
meringankan beban serta memperkokoh dasar pendidikan pada siswa
Indonesia, Kemdikbud memastikan akan sepenuhnya memberlakukan Kurikulum
2013 mulai tahun 2014, bahkan sudah menyiapkan anggaran untuk mendukung
operasional kurikulum tersebut. "Sudah siap dan tahun depan hampir semua
(sekolah) bisa melaksanakan Kurikulum 2013," ujar Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Musliar Kasim.
Kurikulum 2013
merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berfokus pada
penguasaan pengetahuan yang kontekstual sesuai daerah dan lingkungan
masing-masing. Kurikulum tersebut menitikberatkan penilaian siswa pada
tiga hal: sikap (jujur, santun, disiplin), keterampilan (melalui tugas
praktek/ proyek sekolah), dan pengetahuan keilmuan. Pada tingkat dasar
seperti SD, kurikulum ini lebih fokus pada pembentukan sikap dan
keterampilan hidup, sedangkan keilmuannya lebih 'ringan' daripada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada tingkat lanjutan
seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih ditingkatkan karena
pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar. Menurut
Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan
5; siswa SMP kelas 8 dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah
tidak akan mencetak buku bahan ajar. Seperti pelaksanaan pada tahun
sebelumnya, Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar ke dalam situs
internet.
Kemendikbud akan menetapkan harga eceran tertinggi
atas buku yang ditargetkan akan beredar bebas tersebut. Kurikulum 2013
sendiri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2013 di
sejumlah sekolah yang telah diseleksi, meski sempat dikritik karena
pelaksanaannya terkesan dipaksakan.
Sebagai lembaga bantuan
internasional yang bekerja di sektor pembangunan sosial-ekonomi, USAID
Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan kualitas
pendidikan melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah satunya
adalah melalui program beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini,
USAID -PRESTASI memberikan beasiswa S2 kepada 31 profesional Indonesia.
Program ini dibuka untuk umum dan diharapkan dapat mendukung
pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya masing –
masing yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif di
lingkungan kerja mereka masing – masing setelah merekakembali ke Tanah
Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar