Pengalaman orangtua kita sebenarnya menunjukkan betapa pentingnya doa dalam mendidik anak. Ini terutama ketika anak kita belajar di tempat yang jauh dari sang orangtua.
FirmanAllahTa’ala:
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….(Surah Al Mu’min: 60)
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….(Surah Al Mu’min: 60)
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku…..” (Surah Al-Baqarah : 186).
Diriwayatkan
dari An Nu’man bin
Basyir Radhiyallahu ‘Anhu
bahwa Nabi bersabda: “Do’a adalah ibadah” Doa mempunyai peranan yang penting
sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan kehidupan, dan hanya
Allah’Azza wa Jalla yang memberikan
taufik dan hidayah.Seorang muslim mungkin telah berusaha maksimal dalam upaya
mendidik anaknya agar menjadi orang shaleh tetapi tidak berhasil.
Sebaliknya,
ada anak yang menjadi orang shaleh sekalipun terdidik di tengah lingkungan yang
menyimpang dan jelek; bahkan mungkin dibesarkan tanpa mendapat perhatian
pendidikan dari kedua orangtua jadi, petunjuk itu semata-mata dari Allah.
Dialah yang berfirman: “Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…”( Al-Qashash : 56).
Maka
kita semua tidak boleh melupakan aspek ini dan wajib memohon dan berdo’a kepada Allah semoga berkenan menjadikan
kita dan anak keturunan kita orang-orang yang shaleh, hanya Dialah yang memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
Barangkali,
mulai saat ini perlu kita renungkan bersama betapa dahsyatnya kekuatan doa
seorang guru (murabbi) kepada anak didiknya (mutarabbi). Betapa tidak, dalam
munajat kita, doa-doa robithah kita setiap pagi dan petang, semuanya adalah
solusi paling jitu buat anak-anak kita yang barangkali…yah tidak secermelang
teman-temannya (bukan berarti mereka bodoh dan tidak punya potensi loh!). dalam
keseharian kita berinteaksi dengan mereka tidak hanya menuntut mereka untuk
menuntaskan beberapa mata pelajaran sesuai kurikulum yang ditetapkan sekolah,
akan tetapi sebelum kita menuntut itu semua, sudahkah kita melakukan evaluasi
terhadap diri kita pribadi? Sudahkah kita mendoakan anak-anak didik kita setiap
selesai sholat? Sudahkah kita sebut nama-nama mereka dalam setiap doa-doa kita?
Sudahkah kita bayangkan wajah-wajah imut dan lugu mereka dalam setiap munajat
kita?
Saudaraku…, sebagai seorang guru, marilah kita bersama-sama mewujudkan cita-cita kita untuk mencetak generasi rabbani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, tsabat dan jiddiyah yang tak terukur, dan hanya ingin mendapatkan balasan semata-mata karena ridho Allah SWT.
Mulai saat ini, dan mulai sekarang kita tidak perlu lagi ragu-ragu, khawatir, dan bahkan takut dalam melangkah. Kita harus yakin bahwa kita punya Allah sebagai sumber kekuatan kita dalam mendidik dan mengantarkan anak-anak didik kita menjadi ‘orang’ yang sukses dunia dan akhirat. Semoga kekuatan doa akan menjadi kekuatan yang kekal untuk menjadikan kita guru yang bermartabat. Amin.
Saudaraku…, sebagai seorang guru, marilah kita bersama-sama mewujudkan cita-cita kita untuk mencetak generasi rabbani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, tsabat dan jiddiyah yang tak terukur, dan hanya ingin mendapatkan balasan semata-mata karena ridho Allah SWT.
Mulai saat ini, dan mulai sekarang kita tidak perlu lagi ragu-ragu, khawatir, dan bahkan takut dalam melangkah. Kita harus yakin bahwa kita punya Allah sebagai sumber kekuatan kita dalam mendidik dan mengantarkan anak-anak didik kita menjadi ‘orang’ yang sukses dunia dan akhirat. Semoga kekuatan doa akan menjadi kekuatan yang kekal untuk menjadikan kita guru yang bermartabat. Amin.
( dikutif dari beberapa sumber )
Terima kasih telah berkunjung diblog ini....Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar